Pembelajaran di masa pandemi ini merupakan tantangan besar untuk jurusan vokasi yang lebih banyak menuntut ketrampilan mahasiswa. Khususnya di Prodi Teknologi Bank Darah, mahasiswa dituntut untuk menguasai ketrampilan dalam pengambilan darah dan pemeriksaan di laboratorium. Pembelajaran praktikum dilaksanakan dengan metode blended learning, yaitu dengan kombinasi daring dan luring.
Pada tanggal 18 Desember 2020, dosen Prodi Teknologi Bank Darah (D-3), dr. Dyah Artini, S.Ked., dr., M.Sc., Sp.PK, Dwi Eni Danarsih., A.P.TTD., S.KM, dan Nur’Aini Purnamaningsih, S.Si., M.Sc, mengadakan skrining Covid-19 pada mahasiswa yang telah menjalani praktikum di laboratorium. Skrining dilakukan dengan 2 metode. Skrining dengan metode anamnesa dilakukan menggunakan salah satu aplikasi daring untuk mengetahui riwayat perjalanan mahasiswa, lingkungan kontak mahasiswa, dan perilaku mahasiswa yang berpotensi menularkan penyakit. Pemeriksaan rapid Covid-19 dilakukan untuk skrining dampak pembelajaran luring yang telah mereka laksanakan. Skining dilakukan di Laboratorium Teknologi Bank Darah Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Skrining ini diikuti oleh 40 mahasiswa Prodi Teknologi Bank Darah. Dari 40 mahasiswa tersebut, tiga puluh lima mahasiswa berasal dari luar DIY (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan). Mereka datang ke Jogja rata-rata pada pertengahan bulan Oktober kemudian menjalani karantina selama 14 hari sebelum praktikum di laboratorium. Saat dilakukan skrining, mahasiswa tersebut telah menjalani pembelajaran luring (praktikum) sekitar satu bulan. Rata-rata per hari mereka berada di laboratorium sekitar 3 – 4 jam. Selama praktikum, seluruh mahasiswa selalu menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan, masker, dan jas laboratorium serta menjaga jarak aman, 1-2 meter, dengan mahasiswa lain. Seluruh mahasiswa juga mencuci tangan sebelum dan sesudah praktikum. Hampir seluruh mahasiswa sudah membiasakan diri untuk selalu mandi dan mengganti pakaian setelah sampai di rumah/kos/kontrakan. Terdapat dua mahasiswa yang sebelumnya pernah melakukan pemeriksaan Covid-19 dengan hasil reaktif, satu mahasiswa dengan metode pemeriksaan Swab RT-PCR (Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction) dan yang lain dengan metode Rapid Serologi. Saat skrining dilakukan, kedua mahasiswa tersebut sudah dinyatakan negatif Covid-19.
Hasil skrining mandiri pada mahasiswa menunjukkan bahwa 3 dari 40 mahasiswa merasa kemungkinan pernah berada kontak atau berada satu ruangan dengan penderita Covid-19. Satu mahasiswa pernah berkunjung atau tinggal di negara atau daerah endemis Covid-19 dalam 14 hari terakhir dan satu orang mengalami pilek pada 14 hari terakhir. Seluruh mahasiswa tidak mengalami demam (suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius) atau riwayat demam atau infeksi saluran pernafasan akut, batuk, nyeri tenggorokan, sesak napas, dan diare selama 14 hari terakhir. Mahasiswa kemudian diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan Rapid Covid-19. Satu dari 40 mahasiswa didapatkan hasil pemeriksaan yang Initial Reactive. Hasil ini kemudian diberitahukan pada dosen pembimbing akademik dan mahasiswa yang bersangkutan. Dari hasil penelusuran, mahasiswa tersebut memiliki riwayat penyakit Typhus. Mahasiswa diminta isolasi mandiri dan melakukan cek ulang di rumah sakit. Pada tanggal 28 Desember 2020, mahasiswa tersebut melakukan tes ulang di klinik pratama dengan hasil Non Reaktif. (Dwi Eni Danarsih-2020)